Hari ini kita sangat kurang memahami ajaran Islam, oleh karena itu kita hidup dalam gelap gulita, dalam suasana yang tidak ada panduan. Dengan begitu bukan saja kita akan terjun ke neraka, tapi sejak di dunia lagi kita telah berada dalam neraka.
Suatu hal yang menjadi asas dalam ajaran Islam, yaitu mengapa manusia hidup.
Ini merupakan satu pertanyaan yang memerlukan satu jawaban yang tepat. Karena jika manusia yang hidup di muka bumi Tuhan ini tidak dapat memberi jawaban yang betul, Manusia itu tak pandai hidup. Mereka sekedar pandai maju, pandai berkebudayaan tapi tak pandai hidup. Jika manusia gagal hidup di dunia, maka manusia akan gagal hidup di akhirat.
Karena itu bagaimana kita memperoleh jawaban yang tepat ?
Ada orang mengatakan, kita tanya saja pendapat akal. Kalau kita lihat pertanyaan itu mudah tapi jawabannya berat. Bukan saja akal tidak mampu memberikan jawaban yang tepat. Bahkan bila beberapa orang memberikan jawaban menurut akal masing-masing, maka akan timbul perbedaan pendapat. Jadi kalau kita bertanya pada akal, maka akal tidak mampu, karena akal kedudukannya lemah, tidak semua dapat difikirkan terutama yang berkait dengan hal-hal yang ghaib, hari akhirat, syurga neraka dll, walaupun manusia itu mempunyai akal yang pintar sekalipun.
Kita sebagai orang Islam memiliki panduan hidup yang diberikan Allah kepada kita, yaitu yang terdapat di dalam Al Quran dan sunnah Rasulullah SAW. Jadi supaya kita tidak meraba-raba, supaya tidak letih akal kita berfikir, supaya kita tidak mencari-cari, lebih baik kita bersandar dengan apa yang telah Allah beri kepada kita. Itulah jawaban yang tepat menurut Al Quran yang patut menjadi pegangan kita, yang menjadi keyakinan kita, serta amalan perjuangan kita, supaya kita mendapat keselamatan.
Dalam Al Quran disebutkan sesungguhnya yang benar itu datang dari Allah, hanya dari Allah. Sebab itu kita terima sajalah jawaban dari Allah. Semoga dengan begitu kita dapat keselamatan di dunia dan akhirat.
Allah telah memberikan jawaban kepada kita,
“Sesungguhnya tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah (beribadah) kepadaKu”
Dengan ayat Al Quran tersebut yang merupakan wahyu yang diturunkan kepada Rasul untuk umat yang paling akhir, disebutkan bahwa kita diciptakan oleh Allah adalah untuk beribadah, ataupun untuk mengabdikan kepada Allah, dengan kata lain untuk tunduk dan patuh pada perintah Allah.
Dengan ayat tersebut, maka dalilnya kuat, hujjahnya pun kuat. Tapi yang sebenarnya kalau kita bahas secara akal, secara mantiq atau secara psikologi, maka akal kita pun mengakui bahwa memang patut manusia ini menyembah Allah. Akal menyatakan setuju, bahkan hati kecil juga ikut setuju untuk menyembah Allah.
Secara akal, secara perasaan, secara mudah, dapat dibuktikan bahwa akal setuju dan hati pun setuju manusia menyembah Allah, selain dalil yang kuat dari Al Quran. Contohnya, bagaimana kalau ada orang yang memanggil kita, saudara adalah hamba Allah. Bagaimana perasaan kita, bagaimana rasa hati kita kalau orang panggil kita hamba Allah. Akal mau menerima, hati kecil juga turut setuju, walaupun pada pelaksanaannya kita tidak pernah menyembah Allah. Walaupun kita tidak pernah membesarkan Allah, tak pernah patuh, tapi hati kita terhibur dengan sebutan hamba Allah.
Mengapa akal setuju, dan hati kecil dapat menerima, sebab karena Allah jadikan kita memang untuk menjadi hamba-Nya. Jadi apa yang disetujui oleh Allah, disetujui oleh akal dan hati. Sebaliknya apa yang disetujui oleh akal dan hati, disetujui oleh Allah.
Tapi bagaimana kalau suatu ketika, orang memanggil kita, saudara adalah hamba mobil, hamba wanita, hamba rumah, hamba nafsu. Bagaimana pendapat akal kita, bagaimana rasa hati kita. Akal kita tak setuju, bahkan hati tak setuju. Bukan hanya tak setuju, tapi hati pun rasa sakit. Kalau orang tuduh kita hamba selain Allah, kalau selama ini sudah sakit, bahkan mungkin dapat meninggal dengan seketika.
Mengapa? Akal tidak setuju, hati tak setuju, karena Allah tidak setuju apa yang tidak disetujui oleh akal dan hati. Dan sebaliknya apa yang disetujui oleh akal dan hati, disetujui oleh Allah.
Karena itu mau tidak mau, kita mesti menyembah Allah karena Allah bersetuju, akal bersetuju dan hati bersetuju. Jadi kalau manusia tidak mau menyembah Allah, tidak mau mengabdikan diri pada Allah, tidak mau tunduk dan patuh pada Allah, dia bukan saja menentang Allah, bahkan menentang akal dan hatinya, hakikatnya orang itu menentang dirinya sendiri. Kalau orang itu menentang dirinya sendiri, dia tidak akan dapat kebahagiaan, walaupun pangkatnya tinggi, rumahnya besar, jabatannya tinggi dan hartanya banyak.
Buktinya banyak. Kita lihat hari ini bangsa-bangsa yang dikagumi karena banyak kemajuan di bidang ekonomi, membangun, banyak orang terkenal, tapi sebagian besar penduduknya mati bunuh diri. Mereka sudah kehilangan kebahagiaan. Kebanyakan mereka orang yang terkenal tapi hidupnya frustasi.
Mengapa terjadi demikian ? karena mereka sama sekali tak mengenal Allah, tidak mau menyembah Allah. Mereka menentang dirinya sendiri sehingga tak dapat kebahagiaan. Karena itu kita mesti mengenal dan menyembah Allah, untuk selamat di dunia dan akhirat.
Tentu ada sebagian hati kecil kita berkata, kalau benarlah manusia itu patut menyembah Allah, mengapa hati kecil kita selama ini tidak mengajak menyembah Allah..?, tidak mengingatkan kita menyembah Allah. Sebabnya, selama ini di dalam diri manusia ada 2 musuh batin yang senantiasa mempengaruhi hati dan akal manusia, yaitu syaitan dan hawa nafsu, yang selalu menggoda manusia, membawa manusia pada jalan kesesatan.
Dalam Al Quran disebutkan :
“Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang sangat nyata”
Tentang nafsu Allah juga berfirman :
“Sesungguhnya nafsu itu selalu mengajak manusia pada kejahatan”
Karena dalam hati manusia itu ada 2 musuh batin, maka hati manusia terus lalai dan durhaka kepada Allah. Kalau takdirnya syaitan dan hawa nafsu tidak ada, maka tentulah manusia akan kenal dengan Allah, cinta dengan Allah, bahkan tenggelam dalam kecintaan pada Allah karena fitrah manusia sejak sebelum ditiupkan roh telah mengenal Allah, Allah yang patut disembah dan dibesarkan.
Selain itu kalau kita kaji dengan hati dan akal yang jernih, kita juga membaca sejarah maka bukanlah sudah menjadi sunnatullah, sudah ditakdirkan oleh Allah, manusia di mana saja berada, di peringkat mana pun, apa yang Allah takdirkan, walau bagaimana pun hebatnya, kita tidak dapat mengelak dari bala bencana, ataupun dari perkara yang tidak disukai oleh manusia.
Bala bencana, ujian dan musibah itu ditimpakan kepada semua orang baik orang yang muslim maupun orang yang kafir, baik orang yang taat maupun yang durhaka. Misalnya siapakah manusia yang dapat mengelakkan diri dari miskin, kalau tak miskin harta, miskin jiwa. Miskin jiwa lebih parah sebab manusia selalu merasa tak cukup. Karena iman lemah walaupun uang banyak selalu merasa kurang. Lebih parah lagi sudahlah miskin harta, miskin jiwa.
Kalaulah manusia itu dapat mengelak dari miskin, maka dapatkah mengelakkan diri dari sakit. Bahkan dokter pun banyak yang ditimpa penyakit. Inilah keadilan Allah, sakit ditimpakan pada semua orang. Sakit sebagai utusan dari Allah untuk mengingatkan manusia. Kalau tidak miskin, tidak sakit, dapatkan manusia mengelak dari fitnah dan umpatan orang. Manusia tidak dapat mengelak dari kesusahan yang ditimpakan oleh manusia lain, bahkan banyak yang kena bunuh.
Selain itu dapatkah manusia mengelak dari bencana alam, angin, badai, petir, dll. Atau apakah kita dapat mengelak dari kematian ibu dan ayah, isteri, dan anak-anak. Tak ada manusia yang mau, tapi Allah timpakan juga. Tidak ada manusia yang dapat melepaskan diri dari ujian hidup. Semua manusia kena, yang kafir kena, orang Islam pun kena. Yang menyembah Allah kena, yang tidak sembah Allah pun kena. Yang taat kena, yang durhaka pun kena uji. Kalaulah bala bencana itu rata, semua manusia merasakan, maka tentu lebih baik jadi orang mukmin yang diuji daripada menjadi orang kafir yang diuji. Lebih baik orang yang menyembah Allah diuji daripada orang durhaka diuji juga.
Tidak pernah terjadi dalam pengalaman kita, yang kena uji itu semua yang baik-baik, yang menyembah Allah, yang patuh kepada Allah sedangkan yang kafir tak pernah sakit, tak pernah miskin, tak pernah disusahkan orang. Tapi dalam pengalaman kita, semua orang merasakan.
Karena itu lebih baik kita ditimpa bencana dalam menyembah Allah, sebab orang mukmin yang sejati, kalau ditimpa sedikit kesusahan dari Allah, maka kalau ia ada sedikit dosa, maka kesusahan itu adalah sebagai penghapusan dosa. Allah hukum di dunia sebelum dihukum di akhirat, sebab hukum di akhirat lebih berat. Tapi kalau orang mukmin itu tidak berdosa dan dia redha dengan ujian, maka itu merupakan peningkatan derajat dan pangkat dari Allah. Kalau orang itu durhaka terlebih lagi kafir, maka ujian itu merupakan kutuk Allah di dunia dan akhirat. Di dunia sudah ditimpakan neraka dunia, di akhirat akan ditimpakan neraka yang lebih berat lagi, boleh jadi kekal abadi.
Jadi tidak ada alasan untuk kita tidak menyembah Allah. Kalau kita katakan kalau sembah Allah nanti miskin, maka kita tidak menyembah Allah pun jadi miskin. Kalau kita baca berita-berita bunuh diri, yang kena tembak setiap hari ada, yang kecelakaan jalan raya, maka bukan saja orang yang taat terkena, yang tak kenal Allah pun kena.
Cuma karena akal dan hati kita tak dapat menilai, sudah diganggu oleh syaitan dan hawa nafsu, maka kita sudah tidak kenal dan menyembah Allah. Padahal kalau kita dapat menilai, betapa bala itu diratakan kepada semua manusia, maka mengapa kita takut susah, takut miskin karena menyembah Allah.
Cara menyembah Allah ada 3 bagian
· Ibadah yang asas (utama): mempelajari, memahami, meyakini, rukun iman, serta mempelajari, memahami dan melaksanakan rukun islam.
· Ibadah fadhailul amal : Amalan-amalan yang utama seperti puasa Senin Kamis, shalat tahajud, shalat sunat rawatib, membaca ayat-ayat tasbih, tahmid, tahlil, membaca shalawat, dll
· Ibadah yang umum, yang lebih luas, seluas dunia, yaitu ibadah yang mubah jadi ibadah asalkan menempuh lima syarat :
1. Niat harus betul.
2. Perkara yang kita perbuat dibenarkan syariat.
3. Pelaksanaan sesuai dengan syariat.
4. Natijah (hasil) digunakan sesuai dengan syariat.
5. Jangan tertinggal ibadah yang asas (utama).
Ibadah yang asas, serta ibadah yang fadhu, kalau kita dapat amalkan sungguh-sungguh lahir dan batin, dengan penuh khusyuk, dapat membuahkan akhlak yang mulia, budi pekerti yang baik, khusnul khulq. Akhlak yang mulia ini merupakan buah ibadah. Sebab itulah Allah menilai ibadah manusia bukan atas dasar banyaknya, tapi sejauh mana memberi hasil, dapat membuahkan akhlak. Seharusnya makin banyak beribadah, makin halus akhlaknya. Itu yang disebut amal taqwa, amal sholeh. Tapi kalau ibadah banyak tidak membuahkan akhlak mulia, masih lagi dihukum di neraka.
Sebagaimana kisah :
Pernah Rasulullah SAW berkumpul bersama dengan para sahabat, kemudian Rasulullah berkata, saya memiliki seorang tetangga wanita, dia berpuasa siang harinya dan di malam harinya shalat tahajjud, tetapi ia ahli neraka. Sahabat bertanya, bagaimana wanita itu ya Rasulullah, jawab baginda Rasulullah SAW, wanita itu selalu menyakiti tetangga dengan lidahnya. (Tidak ada kebaikan lagi baginya) dia adalah ahli neraka.
Kenapa ? sebab ibadah tak berbuah. Jadi orang yang menyakiti orang lain, ibadahnya tidak melahirkan akhlak.
Sementara itu satu hari Rasulullah SAW bercerita di depan sahabat, bahwa tidak lama lagi akan datang seseorang di majlis ini, dia ahli syurga. Kalau Rasulullah SAW berkata, dia itu ahli surga, maka itu pasti ahli syurga. Jadi sahabat menunggu siapa yang akan datang. Tak lama kemudian datang seseorang. Sahabat banyak yang tidak kenal. Setelah kuliah, sahabat ada yang ingin mengambil perhatian, apa amalannya sampai Rasulullah sebut dia ahli syurga. Sahabat itu mengikuti sampai ke rumahnya dan meminta izin untuk bermalam. Sahabat ingin melihat apa amalannya sehingga Rasulullah sebut ahli syurga. Jadi setelah diikuti sepanjang malam, tidak ada yang istimewa, shalat sunat tak dibuat, tahajud pun tak dibuat. Lepas subuh sahabat bertanya, waktu kuliah semalam Rasulullah berkata, sebelum saudara datang, sebentar lagi akan datang seorang ahli syurga. Saya ingin tanya apa amalan saudara, sampai dapat dikatakan ahli syurga. Jawab orang itu, saya bukan saja tidak ada hasad dengki dengan orang, niat untuk hasad pun tidak ada. Jadi ibadah yang sedikit berbuah.
Sedangkan ibadah yang ketiga adalah bentuk ibadah yang lebih luas lagi. Setiap kerja akan menjadi ibadah apabila menempuh lima syarat. Misalnya di bidang ekonomi, sains teknologi, pendidikan, pemerintahan, dll. Jelaslah bagi kita bahwa ibadah ini akan melahirkan pembangunan fisik. Inilah yang dikatakan ada keseimbangan di antara pembangunan rohaniah dan fisik.
Bagaimana yang disebut seimbang ? Bila kita melaksanakan ibadah yang pertama dan kedua artinya kita melahirkan akhlak yang mulia, kemudian melaksanakan ibadah yang ketiga dengan menempuh 5 syarat, maka melahirkan pembangunan fisik. Kalau umat Islam benar-benar mengikuti kaedah itu maka tentulah Islam akan berjaya memakmurkan dunia. Tetapi selagi kita masih mengikuti sistem orang lain, bukan kejayaan yang dicapat bahkan berkrisis sesama sendiri.
Setiap usaha ikhtiar kita akan jadi ibadah bila menempuh 5 syarat, banyak perkara yang kita tidak faham selama ini sudah dapat difahami. Apa yang kita fahami melalui kaedah 5 syarat ini :
1. Kaedah 5 syarat membuktikan bahwa kemajuan dunia dan kemajuan akhirat tidak terpisah, atau ibadah dan kemajuan tidak terpisah. Buktinya kalau kita menguruskan kedai dengan menempuh 5 syarat, bukankah itu kemajuan dunia. Dia dapat maju di bidang ekonomi, bahkan apabila dia menempuh 5 syarat, Allah nilai dengan syurga. Mana yang dikatakan terpisah di antara kemajuan dunia dan akhirat.
2. Setelah kita mengetahui tentang kaedah 5 syarat ini, maka salahlah pandangan umum selama ini yang menganggap 50 % dunia, 50 % akhirat. Mana ada 50-50 dalam Islam. Dalam Islam kemajuan dunia itulah juga kemajuan akhirat.
3. Dengan kaedah 5 syarat maka nampaklah pada kita keindahan Islam. Satu perkara kita buat, mendapat dua keuntungan, untung dunia dan untung akhirat.
4. Pembangunan yang ditegakkan, baik di bidang sains teknologi, pendidikan dsb., itu merupakan buah. Buah yang lahir ada pohonnya, yaitu karena umat Islam menegakkan hukum-hukum dan inadabh kepada Allah dalam kehidupan. Contohnya yang membuat perniagaan dengan membuka kedai karena tuntutan fardhu kifayah. Bila maju kedai itu artinya dia telah membangun kemajuan di bidang ekonomi.
5. Kalau begitu, semakin banyak umat Islam beribadah dengan cara yang ketiga, maka semakin banyaklah kemajuan umat Islam. Akhirnya umat Islam dapat berdikari tanpa bersandar nasib dengan tamadun orang kafir. Sebaliknya jika umat Islam lalai menegakkan ibadah bentuk yang ketiga maka semakin kurang kemajuan yang dicapai oleh umat Islam. Akhirnya umat Islam akan selamanya bersandar nasib dengan orang yang bukan Islam dan sampai kapanpun umat Islam akan hina diperhambakan orang.
Justru itulah kalau kita fahami maka ajaran Islam akan terlihat cantik, di samping kita mendapat kemajan di dunia, juga mendapat kemajuan di akhirat. Kemajuan yang dicapai tidak menimbulkan krisis diantara sendiri. Tetapi kalau kita tidak dapat memahami ajaran Islam dan lalai pula mengamalkannya, maka kita tidak akan mendapat kemajuan walaupun kita usahakan, sebaliknya kita bahkan akan berkrisis diantara kita sendiri.
Ya inilah penjelasan yang dinanti-nanti..
ReplyDeleteArigatou Gozaimasu..
Alhamdulillah...
ReplyDeleteTerima kasih pada saudara yg telah sudi berkunjung ke gubuk saya.
Salam ukhuwah dari Batam, Indonesia
wassalam,
abihasan
Postingan yang sangat bermanfaat, tks bro ...
ReplyDeletehttp://aruhblogger.com
mohon izin share ya akhi !
ReplyDeleteSaya hanya ingin bertaya; apakah islam sudah menemui jalan yang lurus ? kan sampai saat ini muslim sedang berteriak; Ya Allah tunjukan kami jalan yang lurus...?
ReplyDeleteBuat apa mengikuti islam, sedangkan mereka belum menemui jalan yang lurus...?
Ini yg sya tggu....
ReplyDeleteBrarti skali