Ramai orang berpendapat bahwa ilmu itu segala-galanya. Kalau ada ilmu, maka semua masalah akan selesai. Mereka merasakan ilmu adalah alat untuk menyelesaikan segala masalah. Ini termasuklah ilmu agama atau ilmu Islam. Ramai yang merasakan bahwa kalau seseorang itu mempunyai ilmu agama yang banyak hingga dia digelar ulama, maka dia mampu menyelesaikan segala masalah.
Sebenarnya, ini sangat jauh tersimpang dari kebenaran. Memang tidak ada siapa yang boleh menafikan bahwa ilmu itu penting dalam mencari kebenaran dan menyelesaikan masalah. Tetapi ilmu saja tidak cukup. Ilmu itu ibarat pedang, semakin banyak ilmu, semakin tajam pedang itu. Tetapi kalau tidak tahu bagaimana hendak menggunakan pedang, pedang yang tajam pun tidak ada makna apa-apa. Hanya kita bisa tunjukkan pada orang kalau ada pedang tajam. Hendak gunakan tidak tahu. Kalau begitulah hakikatnya, kita bisa dikalahkan oleh orang yang hanya bersenjatakan batu.
Di samping ilmu, kita perlu tahu bagaimana cara hendak menggunakan ilmu atau pedang kita itu. Tambahan pada itu, kita perlu ada kemahiran menggunakannya dalam semua keadaan. Kita mesti tahu menggunakan pedang kita itu sambil berdiri, sambil duduk, sambil berbaring, sambil melompat, sambil berlari maupun ketika kita sedang menunggang kuda sekalipun.
Barulah pedang itu betul-betul berguna untuk kita.Untuk itu, ada ilmu saja tidak memadai. Orang yang ada ilmu itu dikatakan orang pandai. Pandai sebab dia ada ilmu. Sebab dia belajar. Sebab dia berguru. Sebab dia bermetelaah. Itulah dia hakikat orang pandai. Lawannya ialah jahil. Orang jahil ialah orang yang tidak ada ilmu.
Orang pandai atau orang berilmu tidak semestinya bijak. Orang berilmu tidak semestinya cerdik. Untuk mampu mempergunakan ilmunya sebaik mungkin, seseorang itu mestilah juga cerdik dan bijak. Akalnya mesti tajam. Dia mesti bisa memahami dan bisa membaca keadaan. Dia mesti bisa mentafsir masyarakat. Dia mesti bisa melihat perubahan. Dia mesti bisa menilai suasana. Dia mesti bijak dalam mengapplykan ilmunya. Dia mesti bisa membaca gerakan musuh. Dia mesti bisa memandang jauh ke hadapan. Dia mesti bisa melihat punca masalah. Dia mesti bisa mendahulukan yang dahulu dan mengkemudiankan yang kemudian. Dia mesti bisa bertindak tepat pada masa, tempat dan keadaan. Ini semua kerja orang cerdik dan orang bijak. Sekedar pandai dan ada ilmu saja tidak memadai. Dia akan ketinggalan jauh ke belakang dan akan mudah diperkotak-katikkan dan diperalatkan oleh orang.
Pandai itu bisa diusahakan. Sesiapa saja yang belajar dan berguru, lama kelamaan akan jadi pandai juga dan dapat ilmu. Orang yang otaknya baik sedikit, cepat dan banyaklah ilmu yang dia dapat. Yang otaknya kurang baik, lambat dan sedikitlah ilmu yang dia dapat. Tetapi sifat cerdik dan bijak tidak bisa diajar. Dia adalah anugerah dari Tuhan. Siapa yang Tuhan jadikan cerdik, maka cerdiklah dia. Siapa yang Tuhan jadikan bijak, maka bijaklah dia.
Soal pandai dan bisa mengumpul ilmu adalah semata-mata kerja akal. Tetapi soal cerdik dan bijak ada kaitan dengan hati dan roh. Siapa yang hatinya bersih dan rohnya berperanan, dia selalunya cerdik dan bijak. Dia sentiasa terdorong, terbantu dan terpandu. Di samping itu, akalnya juga terlihat ketajamannya. Cahaya rohaninya mempengaruhi akalnya.
Ulama yang tidak cerdik dan tidak bijak, kemampuannya hanya terhad kepada mengajar ilmu dan menjadi abid atau ahli ibadah. Dia tidak pandai menyelesaikan masalah. Dia tidak proaktif. Dia tidak ada bakat pemimpin. Dia terpisah daripada suasana dan alam sekeliling. Kadang-kadang dia mudah ditipu, diperguna, dikotak-katik dan diperalatkan oleh orang-orang tertentu. Orang yang ada kuasa selalunya tidak hormat dan memandang rendah terhadapnya.
Ulama yang cerdik dan bijak pula, dia mempunyai wibawa yang tinggi. Dia mampu menyelesaikan masalah. Dia ada sifat kepimpinan dan manusia suka merujuk padanya. Dia banyak berkecimpung dan terlibat dengan masyarakat. Dia sangat peka tentang apa yang berlaku di sekelilingnya dan apa yang berlaku di seluruh dunia. Ilmunya mencangkup segala hal. Bukan saja hal agama, bahkan juga hal politik, ekonomi, pendidikan, antarabangsa, hal-hal semasa dan sebagainya. Orang yang ada kuasa selalunya takut dan bimbang dengan ulama yang seperti ini. Ulama yang tidak cerdik dan tidak bijak, ramai mana pun bilangan mereka di dalam masyarakat tidak akan mampu membawa apa-apa perubahan. Tetapi ulama yang cerdik dan bijak, cukuplah seorang. Masyarakat akan berubah. Hidup beragama akan terlihat. Masyarakat akan terbawa menuju kepada kebenaran, keadilan dan hidup berTuhan.
madah hati
Ramai manusia sibuk setiap hari membersihkan dan mencantikkan diri yang lahir. Tapi anggota batinnya dibiarkan kotor dan berdaki. Padahal rusaknya kehidupan di dunia berasal dari kekotoran batin
Saturday, 3 January 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment